Aktiviti



Kuliah Bulan April 2010



19-04-2010 -Fiq Daulah
Ust. Zamri Syafik


21-04-2010 -Sifat 20
Ust. Dr.Zulkifli Mohammad Al Bakri



Muslimin Muslimat Dijemput Hadir


Hadis Pilihan



Rasulullah bersabda "Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yg dirosakkan oleh air." Seorang sahabat telah bertanya "Apakah caranya untuk menjadikan hati itu bersinar kembali?" Jawab Rasulullah "Banyakkan mengingati maut dan membaca Al-Quran."
(riwayat Baihaqi dari Ibnu Umar)


Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya ada sebahagian daripada umatku yang akan meminum arak dan mereka menamakannya dengan nama yang lain(bukan arak). (Mereka meminumnya) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah SWT akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi (dengan gempa bumi) dan akan menjadikan mereka seperti kera dan **** (setelah mati)". (Hadis Riwayat Ibnu Majjah)

Drpd Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah hampirnya hari Qiamat itu, berlaku banyak kematian manusia secara mendadak" (Hadis riwayatThabrani)

Drpd Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan datang hari qiamat sehinggalah berlakunya banyak gempa bumi" (Hadis Riwayat Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda: "Sebelum berlakunya hari qiamat, akan terdapatnya kematian yang amat menakutkan dan kemudian dari itu berlakulah tahun-tahun gempa bumi" (Hadis riwayat Ahmad



Debat Abu Hanifah Dengan Ilmuan Kafir

Imam Abu Hanifah pernah bercerita : Ada seorang ilmuwan besar, Atheis dari kalangan bangsa Rom, tapi ia orang kafir. Pada suatu hari, manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu naik mimbar dan mahu mengadakan tukar fikiran dengan sesiapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Di antara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat depan mimbar, dia berkata: "Inilah saya, hendak tukar fikiran dengan tuan".

Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri kerana usia mudanya. Namun dia pun angkat berkata: "Katakan pendapat tuan!". Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya:Atheis : Pada tahun berapakah Rabbmu dilahirkan?

Abu Hanifah : Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan"

Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahawa Allah yang tiada apa-apa sebelum-Nya?, Pada tahun berapa Dia ada?

Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.

Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!

Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis : Ya.

Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis : Tidak ada angka (nol).

Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahuluiNya?

Atheis : Dimanakah Rabbmu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.

Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?

Atheis : Ya, sudah tentu.

Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bahagian mana tempatnya keju itu sekarang?

Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu diseluruh bahagian.

Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Rabbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?

Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis : Ya, pernah.

Abu Hanifah : Sebelumnya ia berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis : Kerana rohnya telah meninggalkan tubuhnya.

Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis : Ya, masih ada.

Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?

Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.

Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat mahupun bentuk roh yang hanya sejenis makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?

Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.

Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.

Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?

Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?

Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktikkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?

Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang."

Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis.

"Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. "Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?". Ilmuwan kafir mengangguk. "Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahawa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu".

Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan orang kafir itu.Kisah ini didapati dalam dua versi yang berbeda sedikit, satu mengatakan Atheis dan yang lain mengatakanya ilmuan kafir, persoalan-persoalan yang dikemukakannya adalah hampir sama, lalu saya gabungkan dan menyusunnya sekali.

Yang perlu mendapat perhatian di sini adalah pernyataan tentang Allah tidak bertempat dan ditempatkan. Madhab Ahlussunnah mengimani bahwa Allah istiwa' di atas Arsy, mengenai kaifiahnya tidak perlu kita bahas kerana itu sudah di luar kemampuan kita.

Related Posts with Thumbnails

Seorang wanita itu

Seorang wanita itu …

yang lembut fitrah tercipta,

halus kulit, manis tuturnya,

lentur hati …

telus wajahnya,

setelus rasa membisik di jiwa,

di matanya cahaya,

dalamnya ada air,

sehangat cinta,

sejernih suka,

sedalam duka,

ceritera hidupnya…

seorang wanita itu …

hatinya penuh manja,

penuh cinta, sayang semuanya,

cinta untuk diberi …

cinta untuk dirasa …

namun manjanya

bukan untuk semua,

bukan lemah,

atau kelemahan dunia …

ia bisa kuat,

bisa jadi tabah,

bisa ampuh menyokong,

pahlawan-pahlawan dunia …

begitu unik tercipta,

lembutnya bukan lemah,

tabahnya tak perlu pada

jasad yang gagah …

seorang wanita itu …

teman yang setia,

buat Adam dialah Hawa,

tetap di sini …

dari indahnya jannah,

hatta ke medan dunia,

hingga kembali mengecap ni’matNya …

seorang wanita itu …

bisa seteguh Khadijah,

yang suci hatinya,

tabah & tenang sikapnya,

teman ar-Rasul,

pengubat duka & laranya …

bijaksana ia,

menyimpan ílmu,

si teman bicara,

dialah Áishah,

penyeri taman Rasulullah,

dialah Hafsah,

penyimpan mashaf pertama kalamullah …

seorang wanita itu …

bisa setabah Maryam,

meski dicaci meski dikeji,

itu hanya cerca manusia,

namun sucinya ALLah memuji …

seperti Fatimah kudusnya,

meniti hidup seadanya,

puteri Rasulullah …

kesayangan ayahanda,

suaminya si panglima agama,

di belakangnya dialah pelita,

cahya penerang segenap rumahnya,

ummi tersayang cucunda Baginda …

bisa dia segagah Nailah,

dengan dua tangan

tegar melindung khalifah,

meski akhirnya bermandi darah,

meski akhirnya khalifah rebah,

syaheed menyahut panggilan Allah .

seorang wanita itu …

perlu ada yang membela,

agar ia terdidik jiwa,

agar ia terpelihara …

dengan kenal Rabbnya,

dengan cinta Rasulnya …

dengan yakin Deennya,

dengan teguh áqidahnya,

dengan utuh cinta yang terutama,

Allah jua RasulNya,

dalam ketaatan penuh setia .

pemelihara maruah dirinya,

agama, keluarga & ummahnya …

seorang wanita itu …

melenturnya perlu kasih sayang,

membentuknya perlu kebijaksanaan,

kesabaran dan kemaafan,

keyakinan & penghargaan,

tanpa jemu & tanpa bosan,

memimpin tangan, menunjuk jalan …

seorang wanita itu …

yang hidup di alaf ini,

wanita akhir zaman,

era hidup perlu berdikari …

dirinya terancam dek fitnah,

sucinya perlu tabah,

cintanya tak boleh berubah,

tak bisa terpadam dek helah,

dek keliru fikir jiwanya,

kerna dihambur ucapkata nista,

hanya kerana dunia memperdaya …

kerna seorang wanita itu,

yang hidup di zaman ini …

perlu teguh kakinya,

mantap iman mengunci jiwanya,

dari lemah & kalah,

dalam pertarungan yang lama …

dari rebah & salah,

dalam perjalanan mengenali Tuhannya,

dalam perjuangan menggapai cinta,

ni’mat hakiki seorang hamba,

dari Tuhan yang menciptakan,

dari Tuhan yang mengurniakan,

seorang wanita itu …

anugerah istimewa kepada dunia!

seorang wanita itu …

tinggallah di dunia,

sebagai ábidah,

daíyah & mujahidah,

pejuang ummah …

anak ummi & ayah,

muslimah yang solehah …

kelak jadi ibu,

membentuk anak-anak ummah,

rumahnya taman ilmu,

taman budi & ma’rifatullah …

seorang wanita itu …

moga akan pulang,

dalam cinta & dalam sayang,

redha dalam keredhaan,

Allah yang menentukan …

seorang wanita itu dalam kebahagiaan!

Moga ar-Rahman melindungi,

merahmati dan merestui,

perjalanan seorang wanita itu …

menuju cintaNYA yang ABADI

Semoga anda menjadi seorang wanita cerminan Ainul Mardhiah, tabah yang setabah Asiah, cerdik yang secerdik Aisyah Al-Humaira..setia seperti setianya Siti Khadijah
Related Posts with Thumbnails

Ramdhan Datang Lagi

"Barangsiapa yang bergembira datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka." [HR Al-Nasa’i]

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.. waktu entri ini ditaip, hujan sedang turut dengan sangat lebatnya di luar rumah.. Suasana juga sangat mendung & gelap bagaikan sudah menjengah malam.

InsyaAllah, ada mungkinnya minggu hadapan Ramadhan yang mulia akan datang meminang kita dengan dulang hantaran yang mewah, mahal & indah gubahannya. Membawa hantaran keampunan Allah yang berganda, terbukanya pintu syurga seluasnya, tertutup pintu neraka serapatnya, iblis & sekutunya dibelenggu, & malam yang lebih baik daripada 1000 bulan iaitu lailatulqadar.

Datangnya ramadhan bermakna, diwajibkan kita umat Islam untuk melaksanakan rukun yang tersenarai di dalam rukun Islam iaitu; melakukan ibadah berpuasa & di dalam bulan yang mulia ini jugalah-Quran telah diturunkan sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam al-Quran. Mari rujuk tafsir masing-masing, buka surah ke-2, surah al-Baqarah ayat 183-185 & marilah kita beriman dengan suruhan & perintah Allah itu.

Alhamdulillah, ditakdirkan Allah, insyaAllah ramadhan tahun ini akan ku sambut di rumah dengan ibu & ayah. Ramadhan sebelum ini aku berada di kampus Penang. Aku teruja menantikan Ramadhan kali ini untuk merasai lagi kemanisan melakukan ibadah seperti hamba-hambaNya yang lain.

Mungkin ramadhan kali ini akan berbeza pula suasana & caranya berbanding dengan kehidupan sewaktu di Penang. Mengenangkan hal itu buat aku menjadi rindu dengan suasana indah yang itu. Berusrah bersama ahli-ahli usrah di anjung masjid, berbuka puasa dengan ringkasnya di masjid USM sebelum menunaikan solat berjemaah di masjid & berpeluang menyertai tadarus al-Quran bersama sahabat-sahabat yang lain. Subhanallah. Alhamdulillah. Bestnya waktu itu.. :')
Aku sangat bersyukur ke hadrat Allah kerana memberiku peluang untuk merasai keindahan ramadhanNya yang mulia itu.. Mudah2an Allah memanjangkan lagi umurku untuk bertemu lagi dengan ramadhanNya tahun ini..

Dulu, waktu kecil-kecil.. hari rayalah yang paling ku nanti-nantikan.. maklumlah, dapat pakai baju baru, kasut baru, dapat mengumpul duit raya, makan sedap-sedap dan sebagainya. Kemudian, apabila besar sedikit, aku meraikan ramadhan dengan keterujaan & berlebihan-lebihan sewaktu berbuka pula.. haha. Sudahnya sakit perut apabila nak ikut ayah ke masjid untuk bertarawih..

Kini sudah 'besar', umur pun sudah menganjak tua, tatkala hati pun sudah dibukakan oleh Allah, apabila ku amati firman Allah menceritakan tentang keistimewaan RamadhanNya, ku hadam bait-bait kata para muallim & muallimah yang mencoretkan keindahan bulan Ramadhan, buat aku tersedar, ramadhan itu bukan hanya setakat bulan menahan lapar & dahaga di siang hari, tetapi ia adalah lebih daripada itu.

Jika kita menyedari betapa bertuahnya kita dapat bertemu dengan bulan ramadhan, & betapa ruginya kita kerana mempersiakan peluang & ruang yang Allah sediakan itu selama ini. Jika kita sedari betapa besarnya ganjaran yang Allah sediakan buat hambaNya yang merebut-rebut untuk meraih keredhaan & ampunanNya, nescaya akan terduduk kita, terbeliak mata tak percaya. Rugilah bagi sesiapa yang memasuki ramadhan & keluar daripadanya tanpa mendapat apa-apa..

Raihlah & jalanilah Ramadhan kali ini dengan sebenar iman & kecintaan kepada Allah & rasulNya serta dengan azam mahu memperhebatkan ibadah kita. Pergunakanlah peluang keemasan yang Allah beri untuk mengisi ramadhan kali ini dengan kehebatan amalan lillahi taala. insyaAllah, kemanisan iman & beribadah itu akan kita rasai. Tak mengapa dengan ramadhan yang telah lepas, yang telah kita persiakan. Tebus kembali rasa sesalan itu pada ramadhan kali ini.. insyaAllah.

Hayati mengapa Allah memerintahkan kita untuk berpuasa? Jangan kita berpuasa sebab ayah suruh, ibu suruh ataupun sebab dah memang puasa dari kecil apabila tibanya ramadhan. Sedangkan, kita tidak tahu apakah sebenarnya yang Allah sirat & suratkan melalui suruhanNya itu. Mudah-mudahan, ramadhan kali ini akan menjadi universiti terbaik yang menyediakan pelan pendidikan & tenaga pengajar yang terbaik untuk mendidik iman kita, mengawal nafsu kita, memperelokkan akhlak kita serta menambahkan amal ibadah kita, insyaAllah.
Related Posts with Thumbnails

Tazkirah

Ini mungkin cerita rekaan.Tetapi sangat baik untuk di jadikan teladan.Kisah berlaku dalam sebuah pesawat yang sedang menuju ke Kuala Lumpur.Kebanyakkan dari penumpang pesawat tersebut ialah mereka yang sedang perjalanan pulang ke tanah air selepas mengerjakan umrah.

Dalam pesawat tersebut berlaku satu peristiwa di mana seorang pramugari ternampak seorang pak cik sedang membasuh kakinya di sinki di dalam tandas yang kebetulan lupa di tutup.

Pramugari: Pak cik tolong jangan basuh kaki dalam sinki.Sinki untuk basuh tangan dan muka, bukan untuk basuh kaki yang kotor tu.Bersopan lah sikit pak cik!

Pak cik: Baik puan, maafkan pak cik.Tapi boleh pak cik tanya sikit?

Pramugari: Apa dia?

Pak cik: Puan, dalam sehari berapa kali puan basuh muka puan?

Pramugari: Saya basuh muka tiap tiap hari sekali selepas bertugas sebelum tidur.

Pak Cik: “Make Up” yang puan pakai di muka puan jenama apa?

Pramugari: (Dengan bangga) Kami pramugari semua pakai jenis jenama yang terkenal dari Peranchis.

Pak Cik : Puan, kalau begitu kaki pak cik ni lebih bersih dari muka puan.

Pramugari: Eh! pak cik jangan merepek!

Pak cik: Pak cik tak merepek tetapi ini kenyataan.Pak cik cuci kaki sekurang kurang nya 5 kali sehari sebelum solat.Sedangkan puan cuci muka hanya sekali sehari.Jadi di antara kaki pak cik dengan muka puan yang mana lebih bersih? Lagi pun puan guna “make up” jenis yang tak suci lagi tak halal ertinya bernajis.Maka memang layak muka puan yang bernajis tu di basuh guna mangkuk tandas ini aje.

Pramugari: Tak terkata, malu,geram, lalu beredar.

Apa kah iktibar dari kisah ini? Saya serahkan kepada pembaca untuk menilai nya.


Wallhu’alam.

Related Posts with Thumbnails

BerSABARlah Wahai Diri!

بسم الله الرحمن الرحيم

Kucuba menghulurkan sebuah hadiah kepada-Mu
Tapi mungkin isinya tidak sempurna tiada seri
Kucuba menyiramnya agar tumbuh berbunga
Tapi mungkin kerana airnya tidak sesegar telaga kautsar

Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langitpun
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu tak akan berbunga
Jika tidak mengharap rahmat-MU
Jika tidak menagih simpati
Pada Mu Ya ALLAH

Tuhan hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada-Mu
Moga ku tahu syukurku adalah milik-Mu


Semua orang ingin bahagia dalam hidup..Hatta ana sendiri inginkan kehidupan yang sentiasa bahagia tanpa berasa sedih,tanpa berasa pahit,tanpa ada perasaan kecewa..Tapi itu semua mustahil bagi orang-orang yang beriman..kerana selangkah ke alam perjuangan selama-lamanya dalam kepahitan..


ALLAH berfirman dalam surah at-Taubah,ayat 111:
“Sesungguhnya ALLAH itu telah membeli dari orang-orang yang beriman diri-diri mereka, dan harta-harta mereka dengan diberikan kepada mereka syurga…


Siapakah orang yang beriman itu?


Sepertimana yang kita ketahui..Di dalam Surah Al Mu'minun ayat 1-9..dengan bahasa yang indah mengatakan mereka ialah

1. orang-orang yang khusyu' dalam solatnya ....
2. orang -orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna..
3. orang -orang yang menunaikan zakat.....
4. orang -orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap istri/suaminya.....
5. orang -orang yang menjaga amanah - amanah dan janjinya.....
6. orang -orang yang memelihara sholatnya.....


Selain itu??

“Apakah manusia itu mengira, Kami membiarkan mereka berkata: Kami telah beriman, sedangkan mereka itu belum diuji?”
(Al-Ankabut:2)

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ehwalmu."
(Muhammad:31)


Ujian ALLAH adalah untuk menilai siapakah yang terbaik amalannya dalam kalangan manusia. Kita sepatutnya bersyukur sekiranya ditimpa ujian kerana sebenarnya ALLAH sedang menilai kita untuk diberikan kita syurga, ganjaran yang tiada tandingan.


Kepahitan ujian akan dirasai oleh semua umat Islam.. ALLAH bukan saja-saja nak bagi ujian kat kita. Melalui ujian ALLAH sedang menilai kita dan juga untuk meningkatkan our level of iman. Sungguh! Allah tahu apa yang terbaik buat hamba-hambaNYA kerana ALLAH itu Maha Mengetahui!


Allah tidak akan membiarkan manusia diuji di luar batasannya. Allah tahu bahawa kita mampu untuk memikulnya. Oleh itu, janganlah kita menolak kepercayaan yang diberikan oleh Allah kepada kita dengan berasa putus asa dan cepat mengalah .
Firman ALLAH lagi di dalam surah al-Baqarah:286
“ALLAH tidak akan membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
Kita dapat lihat betapa ramai sahabat yang ditimpakan ujian..Hatta Rasulullah S.A.W sebagai insan yang paling dicintai ALLAH juga diberi ujian..Malah baginda adalah manusia yang paling teruk diuji sepanjang sejarah penyampaian risalah baginda. Sedangkan kita ummatnya yang hidup senang tanpa ujian seberat itu,, tetapi setiap hari kita mengeluh malah hampir berputus asa dengan ujianNYA..
Daripada Abdullah Khabbab r.a. berkata:kami telah mengadu kepada Rasulullah s.a.w. yang mana pada ketika baginda sedang berselimut dengan selendang di bawah naungan Kaabah lalu kami pun berkata:Tidakkah kamu akan menolong kami,tidakkah kamu akan berdoa untuk kami(supaya dipercepatkan kemenangan Islam)?Maka Rasulullah s.a.w. berkata:Sesungguhnya ada seorang lelaki sebelum daripada kamu telah dibawa dan ditimbus dalam tanah,kemudian dibawakan gergaji serta diletakkan di atas kepalanya lalu terbelah menjadi dua,(kemudian)disikat dengan sikat besi sehingga tercabut daging daripada tulangnya,namun hal itu tidak pernah menghalang daripadanya untuk berpaling daripada agama.Demi ALLAH,ALLAH akan menyempurnakan urusan(agama)ini sehingga orang yang menaiki kenderaan daripada San’a ke Hadramaut tidak akan takut melainkan kepada ALLAH dan serigala(yang akan menggangu) akan kambingnya.Tetapi kamu semua(wahai Khabbab)termasuk daripada golongan yang tergopoh-gapah.
(Riwayat Imam Bukhari)


Cuba kita bandingkan antara ujian yang ALLAH berikan pada kita berbanding orang-orang Islam yang terdahulu..Jauh berbeza..Tapi mengapa cepat sangat kita berasa lemah?? Mengapa cepat sangat kita berputus asa dengan ujianNYA?? Mengapa cepat sangat kita bersangka buruk pada ALLAH??
..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat ALLAH. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat ALLAH melainkan kaum yang kafir”
(surah Yusuf: 187)
“Dan mintalah pertolongan daripada Tuhanmu dengan sabar dan solat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”
(Surah Al-Baqarah ayat 45)
Hamparlah sejadah dan mintalah daripada Tuhanmu yang maha pemurah!Mohonlah dengan sabar dan solat! Kerana ALLAH tidak sesekali meninggalkan hambaNya.
Kesimpulannya, tabah dan sabarlah menempuhi kehidupan ini kerana kehidupan itu sendiri merupakan ujian buat kita. Seindah atau seburuk mana pun kehidupan dan dunia di mata kita, akhirat jualah tempat kembali. Jadi, anggaplah ujian sebagai jalan untuk kita menuju syurganya.


Dalam kita melangkah, terkadang diuji
dengan ujian yang terasa berat.
Hingga kita terduduk menangis,
Peritnya terasa tetapi ketahuilah,
dan renungilah dalam diri kerana;
Mungkin air mata itu hadir kerana DIA
mahu menjahit sejadah iman
Yang kian terkoyak lantaran ada langkah-langkah yang tersasar.
Semoga tabah dan ditetapkan iman.
ALLAH Tuhan kita Maha Penyayang.
DIA sayangkan kau dan aku.
DIA tak pernah lupakan kita.
Hidup ini ibarat mimpi.
Kita hanya tersedar apabila nyawa sudah meninggalkan jasad.
Iman bukan setakat percaya pada rukun Iman.
Tetapi sebenarnya satu bentuk penyerahan diri.
Dan pernyataan bahawa kita benar-benar percaya pada setiap KetentuanNYA.
Jangan lupa, pada nafas sekalipun,tersembunyi rahsia dan janjiNYA.
Percayalah!andai ujian ini sebagai salah satu sebab untuk menghapus dosa-dosaku,aku redha YA ALLAH kerana ku sedar diri ini hanyalah hamba yg lemah yg sentiasa alpa dan berdosa kpd-MU



"Selangkah ke alam perjuangan bererti selamanya dalam kepahitan..Biarlah menangis,terluka,kecewa kerana 'ditinggalkan' kerana ALLAH..Daripada mati terkambus tanpa mujahadah..Kita tak sanggup selamanya terluka..Tapi ingatlah! Setiap titisan darah dari luka dan 'air mata' itulah mahar kita ke syurga..Bila ditanya kenapa berjuang itu pahit? Jawabnya kerana syurga itu manis..Moga diri sentiasa tabah dalam perjuangannya..........."
Related Posts with Thumbnails

Abu Hurairah Perawi Hadis Terkemuka

Abu Hurairah ialah salah seorang perawi hadis yang terkemuka. Beliau dilahirkan 19 tahun sebelum Hijrah. Nama sebenar beliau sebelum memeluk agama Islam tidak diketahui dengan jelas, tetapi pendapat yang masyhur ialah Abd Syams. Nama Islamnya adalah Abd al-Rahman. Beliau berasal daripada kabilah ad-Dusi di Yaman.

Gelaran Abu Hurairah ra adalah kerana kegemarannya bermain dengan anak kucing. Diceritakan pada suatu masa ketika Abu Hurairah ra bertemu Rasullullah SAW, beliau ditanya oleh baginda apakah yang ada dalam lengan bajunya. Apabila dia menunjukkan anak kucing dalam lengan bajunya lantas dia digelar Abu Hurairah oleh Rasullullah SAW.

Semenjak itu dia lebih suka dikenali dengan gelaran Abu Hurairah. Beliau adalah sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW dan dikenali sebagai salah seorang ahli suffah, iaitu orang-orang miskin atau sedang menuntut ilmu dan tinggal di laman masjid. Beliau begitu rapat dengan Nabi SAW sehingga baginda selalu menyuruhnya mengumpulkan ahli suffah jika ada makanan yang hendak dibahagikan.

Hadis beliau yang disepakati oleh Imam al-Bukhari dan Muslim berjumlah 325 hadis, oleh Bukhari sebanyak 93 hadis dan oleh Muslim 189 hadis. Hadis yang diriwayatkan oleh beliau juga terdapat dalam kitab-kitab hadis lainnya.

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah ra katanya: Aku pernah berkata kepada Rasulullah SAW: Saya mendengar banyak hadis dari tuan, Ya Rasulullah! Tetapi saya lupa. Rasulullah SAW bersabda: Hamparkan Rida’ mu. Aku melakukan (apa yang diperintahkan Nabi SAW) dan kemudian Nabi SAW menggerakkan kedua tangannya seakan-akan mengisi sesuatu lalu bersabda: Ambil dan selendangkan ini (pada tubuh mu). Aku lakukan perintahnya dan setelah itu aku tidak pernah lupa lagi. (Hadis Riwayat al-Bukhari)

Related Posts with Thumbnails

Sempena Hari Ibu


Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Allah ta’ala

Segala puji ku panjatkan ke hadirat Allah ta’ala, yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Sholawat serta salam, ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.

Wahai anakku …

Surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.
Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.

Wahai anakku …
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.

Wahai anakku …

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.
Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku, dan semua ibu sangat mengerti arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini, sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi ibu.
Semenjak kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.
Aku mengandungmu wahai anakku, pada kondisi lemah di atas lemah. Bersamaan dengan itu, aku begitu gembira tatkala merasakan dan melihat terjalan kakimu, atau balikan badanmu di perutku.
Aku merasa puas, setiap aku menimbang diriku, karena bila semakin hari semakin berat perutku, berarti dengan begitu engkau sehat wal afiat di dalam rahimku.

Anakku …
Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah tiba pada malam itu, yang aku tidak bisa tidur sekejap pun, aku merasakan sakit yang tidak tertahankan, dan merasakan takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula, aku melihat kematian di hadapanku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, dan engkau lahir. Bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu.
Ketika engkau lahir, menetes air mata bahagiaku. Dengan itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah, dengan bertambah kuatnya sakit.
Aku raih dirimu, sebelum ku raih minuman. Aku peluk cium dirimu, sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkongan.

Wahai anakku …

Telah berlalu setahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.
Lalu berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selama itu pula, aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai… menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti… menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah… dan mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.
Aku selau memperhatikan dirimu, hari demi hari, hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu, wahai anakku…
Tatkala itu, aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan, demi mencari pasangan hidupmu, semakin dekat hari perkawinanmu anakku, semakin dekat pula hari kepergianmu.
Tatkala itu, hatiku serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka. Tangis telah bercampur pula dengan tawa.
Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan… karena engkau telah mendapatkan jodoh… karena engkau telah mendapatkan pendamping hidup… Sedangkan sedih karena engkau adalah pelipur hatiku, yang akan berpisah sebentar lagi dari diriku.
Waktu pun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat, kiranya setelah perkawinan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu.
Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.
Terasa lama hari-hari yang ku lewati, hanya untuk melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengar suaramu. Akan tetapi penantianku seakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku. Setiap suara kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang.
Akan tetapi semua itu tidak ada, penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping. Yang ada hanya keputus-asaan… Yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang selama ini ku rasakan, sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku…
Ibumu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan.
Yang ibu pinta kepadamu:
Jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.
Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ibumu.
Jangan engkau buang wajahmu, ketika ibumu hendak memandang wajahmu.
Yang ibu tagih kepadamu:
Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.
Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku…
Telah bungkuk pula punggungku… bergemetar tanganku… karena badanku telah dimakan oleh usia, dan telah digerogoti oleh penyakit… Berdirinya seharusnya telah dipapah… duduk pun seharusnya dibopong…
Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti dulu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti…
Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan ibumu, mana balas budimu, mana balasan baikmu?! bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air serupa?! bukan sebaliknya air susu dibalas dengan air tuba?! Dan bukankah Alloh ta’ala, telah berfirman:
هل جزاء الإحسان إلا الإحسان
Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!
Sampai begitukah keras hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu.
Wahai anakku…
Setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku… Engkaulah laba dari semua usahaku…
Dosa apakah yang telah ku perbuat, sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!
Pernahkah suatu hari aku salah dalam bergaul denganmu?!
Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?!
Tidak dapatkah engkau menjadikanku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantu-pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah?!
Tidak dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?!
Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini?!
إن الله يحب المحسنين
Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai anakku…
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
Wahai anakku…
Hatiku terasa teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan, bahwa engkau adalah laki-laki yang supel, dermawan dan berbudi.
Wahai anakku…
Apakah hatimu tidak tersentuh, terhadap seorang wanita tua yang lemah, binasa dimakan oleh rindu berselimutkan kesedihan, dan berpakaian kedukaan?!
Mengapa? Tahukah engkau itu?! Karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… Karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim.
Wahai anakku…
Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta’ala sebagaimana di dalam hadits:
الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه
Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)
Anakku…
Aku mengenalmu sejak dahulu… semenjak engkau telah beranjak dewasa… aku tahu engkau sangat tamak dengan pahala… engkau selalu cerita tentang keuatamaan berjamaah… engkau selalu bercerita terhadapku tentang keutamaan shof pertama dalam sholat berjamaah… engkau selalu mengatakan tentang keutamaan infak, dan bersedekah…
Akan tetapi satu hadits yang telah engkau lupakan… satu keutamaan besar yang telah engkau lalaikan… yaitu bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Mas’ud, ia mengatakan:
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت: يا رسول الله أي العمل أفضل؟ قال: الصلاة على ميقاتها. قلت: ثم أيُّ؟ قال: ثم بر الوالدين. قلت: ثم أيُّ؟ قال: الجهاد في سبيل الله. فسكت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو استزدته لزادني. (متفق عليه)
Aku bertanya kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: Wahai Rosululloh, amal apa yang paling mulia? Beliau menjawab: sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Alloh. Lalu aku pun diam (tidak bertanya) kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- lagi, dan sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.
Itulah hadits Abdulloh bin Mas’ud…

Wahai anakku…
Inilah aku, ibumu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu…
Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: Ayah kalian, wahai anak-anakku, akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas… Rumah kita yang reot ini, jagalah… Ibu kalian yang tua renta ini, jagalah…
Berangkatlah suami tersebut, suami yang berharap pergi jauh, untuk mendapatkan emas, guna membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana mengganti rumah reotnya.
Akan tetapi apa yang terjadi, setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia gagal dalam usahanya. Pulanglah ia kembali ke kampungnya. Dan sampailah ia ke tempat dusun yang selama ini ia tinggal.
Apa lagi yang terjadi di tempat itu, setibanya di lokasi rumahnya, matanya terbelalak. Ia melihat, tidak lagi gubuk reot yang ditempati oleh anak-anak dan keluarganya. Akan tetapi dia melihat, sebuah perusahaan besar, tambang emas yang besar. Jadi ia mencari emas jauh di negeri orang, kiranya orang mencari emas dekat di tempat ia tinggal.
Itulah perumpaanmu dengan kebaikan, wahai anakku…
Engkau berletih mencari pahala… engkau telah beramal banyak… tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga…
Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!

Anakku…
Aku takut, engkaulah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- di dalam haditsnya:
رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من يا رسول الله قال من أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة (رواه مسلم)
Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga. (HR. Muslim 2551)
Celakalah seorang anak, jika ia mendapatkan kedua orang tuanya, hidup bersamanya, berteman dengannya, melihat wajahnya, akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga.

Anakku…
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit, aku tidak akan adukan duka ini kepada Alloh, karena jika seandainya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya…
Aku tidak akan melakukannya wahai anakku… tidak… bagaimana aku akan melakukannya, sedangkan engkau adalah jantung hatiku… bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit, sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku… bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku…
Bangunlah nak… bangunlah… bangkitlah nak… bangkitlah… uban-uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa, sehingga engkau akan menjadi tua pula.
الجزاء من جنس العمل
Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.
الجزاء من جنس العمل
Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.
Aku tidak ingin engkau menulis surat ini… aku tidak ingin engkau menulis surat yang sama, dengan air matamu kepada anak-anakmu, sebagaimana aku telah menulisnya kepadamu.

Wahai anakmu…
Bertakwalah kepada Allah… takutlah engkau kepada Allah… berbaktilah kepada ibumu… peganglah kakinya, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya yang telah lapuk…
Anakku…
Setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu. Apakah engkau sadar dan engkau akan kembali, atau engkau akan merobeknya.
Wa shollallohu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Dari Ibumu yang merana.


Related Posts with Thumbnails
 
Copyright @ 2008 DarulMujahidin | Design By iEn | Resolution: 1024x768 | Best View: Firefox | Top