Al-Qudwah atau yang disebut dengan kata Al-Uswah bermakna contoh atau teladan. Kalimat yang tidak asing di telinga kaum muslimin apalagi bagi para aktifis dakwah. Al-Qqudwah merupakan dharuriyyatul hayat (keniscayaan) bagi kehidupan alam semesta, sebelum menjadi dharuriyyatul-Islam dan dharuriyyatud-dakwah
Setiap makhluk mencontohi apa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Secara zahir hal ini boleh kita fahami sebagai buah keteladanan, di samping kita meyakini ada hidayah[1] Allah bagi mereka. Anak kambing mengikuti induknya memakan rumput, anak kerbau ikut berkubang di dalam lumpur mencontohi induknya, dsb.
Di dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat penting. Allah swt menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan bagi kaum muslimin.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” QS. Al Ahzab.
Dalam beberapa hal Rasulullah saw mengharuskan umatnya untuk mencontohi apa yang dilakukannya, antara lain:
وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
{ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي } رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Malik Ibnu Al Huwairits ra berkata. Rasulullah saw bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” Al-Bukhari
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا -: أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: “خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ” رَوَاهُ أَحْمَدُ ومُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ
Dari Jabir bin Abdullah ra bahawa Nabi Muhammad saw bersabda: “Ambillah dariku manasik (haji) kalian.” Ahmad, Muslim, dan An Nasa’.
Dan banyak lagi dalil-dalil yang menegaskan bahawa keteladanan adalah bahagian penting dari ajaran Islam.
Dalam konteks berjamaah atau berorganisasi, keteladanan menjadi sangat penting lagi peranannya. Kekuatan berjamaah berada pada kerjasama harmonis imam dan makmum, kerjasama yang dibangun berdasarkan keteladanan.
Shalat berjamaah boleh berjalan dengan baik ketika hubungan keteladanan itu berjalan dengan harmonis. Makmum dengan tulus mengikuti imamnya dan imam dengan penuh perhatian memimpin makmumnya menjalankan shalat.
Rasulullah menegaskan kepada makmum untuk mengikuti contoh imamnya.
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُون موطأ مالك – (ج 1 / ص 394)
”Sesungguhnya imam itu ditunjuk untuk diikuti, jika imam shalat dengan bediri maka shalatlah kamu dengan berdiri, dan jika imam ruku’ maka ruku’lah kamu, dan jika ia bangun maka bangunlah kamu, dan jika ia membaca ”Sami’allahu liman hamidah” maka bacalah: Rabbana walakalhamdu. Dan jika imam shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk semua.” Muwaththa’ Malik
Demikian juga Rasulullah menegur imam yang tidak memahami keadaan sebenarmakmumnya.
إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهُمُ الْكَبِيرَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِى عُمَرَ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ.
“Sesungguhnya di antara kalian ada yang menjauhkan (dari Islam), maka siapa saja yang mengimami (shalat) kaum muslimin hendaklah meringankan. kerana di sana ada orang tua, sakit dan yang punya hajat.” Muslim, dari Ibnu Abi Umar, dari Sufyan bin Uyainah
Ikhwah fillah rahimakumullah.
Para dai adalah qudwah, terutama bagi orang-orang bertaqwa. Inilah doa dan harapan Ibadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang) yang dijanjikan syurga di akhirat kelak.
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Al Furqan.
Ia memperbaiki dirinya untuk boleh menjadi teladan bagi isteri dan anak-anaknya. Ia memperbaiki keluarganya untuk dapat menjadi teladan bagi orang-orang bertaqwa di sekelilingnya.
Bukan sembarang keteladanan yang dicontohkan, tetapi teladan yang boleh diikuti orang-orang bertaqwa yang mengharapkan janji Allah, meyakini akhirat, dan banyak mengingat Allah.
Inilah fokus keteladanan yang sangat diharapkan di jalan dakwah. Keteladan untuk mengantarkan orang memperoleh janji Allah. Keteladanan untuk mendapatkan akhirat yang baik. Keteladanan untuk senantiasa mengingat Allah.
Dari itulah Allah tegaskan keteladanan Rasulullah saw dengan sebutan USWATUN HASANAH, bukan sekedar uswah. Sebab jika keteladanan yang ditampilkan tidak bernilai kebaikan atau bahkan membuat orang jauh dari kebaikan, justru akan menjadi pengilang dosa seperti dalam hadits Rasulullah saw.
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ صحيح مسلم – (ج 6 / ص 342)
“Barang siapa yang memulai kebaikan dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan di belakangnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang memulai keburukan dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya, dan dosa para pengamal sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” Muslim.
Ikhwah fillah rahimakumullah.
Dari itulah para dai harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi, untuk mencontohkan apa yang menjadi kebaikan umat menggapai akhirat, dan menjauhkan diri dari semua sikap dan tindakan yang membuat umat tidak berharap kepada Allah, mengganggu iman mereka kepada negeri akhirat, dan mengurangi zikir mereka kepada Allah.
Inilah kewajiban mendasar para dai, mencontohkan gaya hidup untuk menggapai kebahagiaan akhirat, kerana hal ini tidak boleh dicontohkan oleh sesiapa pun selain para dai. Wanahnu du’atun qabla kulli sya’in (dan kita adalah para dai sebelum berpredikat apapun). Berbeza dengan tujuan dunia, sesiapa pun boleh menjadi contoh tanpa harus menjadi dai.
Materi tarbiyah kita tidak akan efektif merubah keadaan jika tidak dizahirkan dalam kehidupan keseharian. Dan kezahiran materi-materi tarbiyah itu tidak akan efektif tanpa adanya keteladanan yang baik dari setiap kader dakwah di semua level sosial.
Allah swt menghadirkan sosok Nabi Ibrahim dan kaumnya dalam melaksanakan nilai-nilai keimanan:
4. Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” QS. Al Mumtahanah
6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. QS. Al Mumtahanah
Allah swt mencela orang yang banyak berbicara tapi tidak menjadi amalan nyata:
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. QS. Ash Shaff
44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al Baqarah
Abu Utsman Al Hairi (seorang ulama zuhud) mengatakan:
فِعْلٌ مِنْ حَكِيْمٍ فِي ألْفِ رَجُلٍ أنْفَعُ مِنْ مَوْعِظَةِ ألْفِ رَجُلٍ فِي رَجُلٍ
”Satu contoh perbuatan dari seorang bijak untuk seribu orang lebih efektif dari pada nasehat seribu orang untuk satu orang”.
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Ada beberapa situasi yang kami perhatikan sangat membutuhkan keteladanan orang lain, yaitu:
Ketika hendak mengamalkan teori yang telah ia pelajari,
Betapa sulitnya mengerjakan shalat –meskipun telah mengetahuinya teorinya dengan baik- jika tidak ada contoh teladan nyata. Inilah tabiat semua ilmu amaliah, tidak cukup dengan kumpulan teori, tetapi lebih efektif dengan contoh teladan. Dan kita telah sepakat untuk meyakini dan mengatakan bahawa Islam adalah agama amal, tidak sekedar ilmu, dakwah ini adalah amal, bukan sekedar materi. Imam Hasan Al-Banna memberikan salah satu sub judul risalahnya:
هَلْ نَحْنُ قَوْمٌ عَمَلِيُّوْنَ ؟
Apakah kita kaum pengamal?[2]
Berapa banyak materi tarbiyah yang dahulu hanya ada di papan tulis, namun sekarang harus terealisasi dalam kehidupan. Maka sangat diperlukan siapa yang boleh menjadi teladan rasmul bayan itu dalam kehidupan.
Ketika berada dalam kebimbangan
Ketika seseorang berada dalam kebimbangan ilmu yang dimiliki, jalan yang hendak di tempuh, sikap yang harus dilakukan, dsb, sangat membutuhkan keteladanan dari orang lain yang dipercaya. Teladan dari orang yang dipercaya dapat merubah ilmu yang telah dimiliki sebelumnya. Alangkah bahayanya jika ia mendapatkan contoh yang salah dari orang yang dipercayainya.
Ketika berada dalam tekanan dan situasi yang tidak menyenangkan
Dalam situasi yang tidak menyenangkan seseorang sangat membutuhkan teman, terutama teladan. Al-Qur’an banyak sekali menerangkan hal ini. Ketika Rasulullah didustakan oleh kaumnya, Allah sampaikan bahawa para Rasul terdahulu juga didustakan.[3]Ketika bersedih ditinggal wafat Khadijah dan Abu Thalib yang menjadi salah satu benteng dakwah, Rasulullah bersedih, hingga tahun itu disebut ’amul huzni (tahun duka), Allah kisahkan Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya.
Ketika kaum muslimin menghadapi serangan tentara ahzab (koalisi kafir-yahudi-musyrikin Arab), di musim dingin mencekam, stok makanan menipis. Situasi yang disikapi oleh sebahagian orang dengan penyesalan ingin kembali ke padalaman Arab –tidak di Madinah-[4], situasi yang disesali dan dipertanyakan oleh kaum munafiq[5]. Ketegangan suasana itu justru menjadi penguat dan penambah iman bagi para sahabat setelah menemukan keteladanan pada diri Rasulullah saw.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
22. dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
23. di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), QS. Al Ahzab
Dakwah hari ini adalah kezahiran materi tarbiyah di masa lalu, pengalaman baru, sering berada di persimpangan, dan sering menjadi musuh bersama di medan juang. Maka keteladanan menjadi keniscayaan agar kader dakwah tidak berubah jati diri dan harapan mulia.Wallahu a’lam.
0 ulasan:
Catat Ulasan