Kewajiban Dai Saat Menghadapi Ujian (9 -Habis), BERPEGANG TEGUH PADA JAMAAH
Kewajiban Dai Saat Menghadapi Ujian (9 -Habis), BERPEGANG TEGUH PADA JAMAAH
Isnin Oktober 07 - oleh : Tak semua penyeru mengajak kepada kebaikan. Sebahagiannya mengajak pada maksiat dan kemungkaran. Berpegang teguh pada jamaah adalah satu tuntutan.
Para sahabat Rasulullah saw. amat menyadari bahwa hidup sebagai mukmin tak akan lepas dari ujian. Hal ini tergambar dalam dialog antara Hudzaifah dengan Rasulullah saw., seperti yang dibebut dalam hadits berikut:
Wahai Rasulullah saw., dulu kami dalam keadaan jahiliyah dan penuh keburukan. Lalu Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan? Rasulullah saw. menjawab Ya, . Aku bertanya lagi, apakah setelah keburukan itu akan ada kebaikan? Ia menjawab, Ya, akan tetapi ada kotorannya. Aku bertanya, apa kotorannya itu? Ia menjelaskan, Adanya kelompok orang yang mengambil petunjuk selain petunjukku. Kamu kenal dia lalu kamu menolaknya.Lalu aku bertanya lagi, adakah setelah itu keburukan? Ia menjawab, Ya, yaitu para penyeru menuju pintu-pintu jahanam. Siapa yang mengikuti mereka menuju jahanam maka Allah akan campakkan mereka ke dalamnya. Aku bertanya, wahai Rasulullah, terangkanlah kepada kami tentang mereka. Rasulullah saw. mengatakan, Mereka berkulit seperti kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita. Aku bertanya, Apa yang kau perintahkan jika aku mengalami hal itu? Rasulullah saw. menjawab, Kamu harus berpegang teguh pada jamaah Muslimin dan imamnya. (Al-Bukhari dan Muslim)
Dari penjelasan Rasulullah saw. ini tergambar bahwa salah satu ujian kaum mukmin akan wujud munculnya orang-orang yang menamakan dirinya Muslim namun jauh dari petunjuk Rasulullah saw. Bahkan mereka dikabarkan aktif menyeru manusia menuju jahanam.
Untuk menghadapai ujian berat seperti itu maka Rasulullah saw. pun menasihati umatnya agar berpegang teguh pada jamaah Muslimin dan imamnya. Sungguh ini merupakan resepi bagi orang-orang yang ingin mempertahankan aqidah dan menjaga identiti keislamannya. Kerana komitmen pada jamaah memberi banyak manfaat, antara lain:
1. Jamaah meningkatkan ibadah
Pernahkah Anda merasa lebih giat melaksanakan ibadah sholat sunnah misalnya- saat bersama-sama? Pernahkah Anda merasa bermalas-malasan beribadah saat melakukannya sendirian? Kalau ya, jangan hairan. Semangat menjalankan ibadah saat bersama-sama memang merupakan salah satu hikmah kebersamaan dalam jamaah. Jamaah dan hidup berjamaah mendorong kita meningkatkan ibadah dan lebih memperkuat kesabaran dalam perjuangan. Lihat betapa banyaknya ayat Quran yang menyuruh kita melakukan ibadah, berpegang teguh pada ajaran Islam, sekaligus melakukan perjuangan dalam kumpulan jamaah dan atas dasar kebersamaan. Perhatikan ayat-ayat berikut: Dan berpegang teguhlah pada tali Allah secara bersama-sama dan janganlah kalian bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian tatkala kalian bermusuhan lalu Dia mempersatukan hati kalian hingga jadilah kalian dengan nikmat-Nya itu sudara. Dan dulu kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Dia menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran 103)
2. Jamaah menyelamatkan dari keburukan
Rasulullah saw. atas dasar informasi dari Allah- memahami betul kondisi umatnya, termasuk beberapa hal yang akan terjadi kelak sepeninggal dirinya. Salah satunya adalah informasi bahwa perjalanan hidup umat Islam akan diisi pula dengan berbagai kejadian buruk yang mampu mengancam aqidah. Namun, tak hanya menyebutkan beratnya ujian, Rasul pun memberi jalan keluar bagi umat dengan berpegang teguh pada jamaatul-muslimin, sebagaimana ditegaskan pada hadits yang sudah dikemukakan di awal tulisan.
3. Jamaah membentengi diri dari syaitan
Saat seseorang menyendiri dan jauh dari jamaah peluang syaitan untuk menggoda sangatlah besar. Menyendiri di sini bukanlah selalu bermakna jauh dari keramaian. Orang yang berada dalam keramaian akan tetapi melakukan penyendirian dalam pemikiran atau perjuangan, termasuk yang sangat mudah untuk menjadi mangsa syaitan. Lebih-lebih bila dia merasa menyendiri dalam keunggulan yang muncul adalah bangga diri dan selalu benar. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya syaitan adalah srigala bagi manusia bagaikan serigala bagi kambing. Ia memangsa kambing yang menjauh dan menyendiri. Maka jauhilah perpecahan dan berpegang teguhlah dengan jamaah, kumpulan kaum Muslimin, dan masjid. (HR. Ahmad)
4. Jamaah syarat eksistensi Islam
Jamaah juga merupakan tonggak tegaknya Islam. Islam bukanlah agama individual. Kerana itulah maka Umar Bin Khattab mengatakan: Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa kataatan. (Umar Bin Khattab)
5. Jamaah menjana kemenangan
Kewajiban berjamaah dinyatakan Allah swt. saat memerintahkan umat Islam berjuang menegakkan agama-Nya dengan berbaris bagaikan bangunan yang kukuh. Allah swt. Juga mengingatkan agar kita menjauhi pertikaian dalam perjuangan sebab pertikaian akan menyebabkan kelemahan. Pertikaian sungguh jauh dari sifat-sifat jamaah yang dicontohkan Rasulullah saw.
Lihat ayat berikut: Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu pasukan (musuh) maka pererteguhkanlah hati kamu dan perbanyaklah menyebut Allah agar kamu memperolihi kemenangan. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian bertikai sebab kalian akan gagal dan hilang kekutan kalian, dan sabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (Al-Anfal 45-46)
Rasulullah saw. Juga bersabada:
Sesungguhnya tangan Allah bersama jamaah dan sesungguhnya syaitan mengejar orang yang meninggalkan jamaah. (Ibnu Hibban)
6. Jamaah mengimbangi sistem kufur
Bagaimana mungkin umat Islam tak mau berjamaah sementara orang-orang kafir berjuang menghancurkan Islam dengan sistematis dan perencanaan yang jelas. Ini diisyaratkan Allah swt. dalam ayat: Telah membuat makar orang-orang sebelum mereka lalu Allah menghancurkan bangunan mereka dari asasnya lalu hancurlah atap (bangunan) itu lalu menimpa mereka dari atas, dan datang kepada mereka azab dalam keadaan mereka tidak menyedari.
Untuk menghadapinya, Allah swt. memerintahkan: Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu mampu berupa kuda-kuda yang ditambatkan yang dengannya kamu menggerunkan musuh Allah dan musuh kamu dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, Allahlah Yang mengetahuinya. Dan apa saja yang kalian infakkan di jalan Allah akan ditunaikan (balasannya) untuk kamu dan kamu tidak akan dizalimi. (Al-Anfal 60)
7. Jamaah menuju ke syurga
Dan lebih dari semua itu, jamaah menuju kita ke syurga. Umar bin Khattab memahami hal itu seraya mengatakan, Siapa yang ingin memperoleh pertengahan syurga maka hendaknya ia berpegang teguh kepada jamaah. Jadi, mengapa ragu untuk selalu berkomitmen pada Jamaah?.
Isnin Oktober 07 - oleh : Tak semua penyeru mengajak kepada kebaikan. Sebahagiannya mengajak pada maksiat dan kemungkaran. Berpegang teguh pada jamaah adalah satu tuntutan.
Para sahabat Rasulullah saw. amat menyadari bahwa hidup sebagai mukmin tak akan lepas dari ujian. Hal ini tergambar dalam dialog antara Hudzaifah dengan Rasulullah saw., seperti yang dibebut dalam hadits berikut:
Wahai Rasulullah saw., dulu kami dalam keadaan jahiliyah dan penuh keburukan. Lalu Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan? Rasulullah saw. menjawab Ya, . Aku bertanya lagi, apakah setelah keburukan itu akan ada kebaikan? Ia menjawab, Ya, akan tetapi ada kotorannya. Aku bertanya, apa kotorannya itu? Ia menjelaskan, Adanya kelompok orang yang mengambil petunjuk selain petunjukku. Kamu kenal dia lalu kamu menolaknya.Lalu aku bertanya lagi, adakah setelah itu keburukan? Ia menjawab, Ya, yaitu para penyeru menuju pintu-pintu jahanam. Siapa yang mengikuti mereka menuju jahanam maka Allah akan campakkan mereka ke dalamnya. Aku bertanya, wahai Rasulullah, terangkanlah kepada kami tentang mereka. Rasulullah saw. mengatakan, Mereka berkulit seperti kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita. Aku bertanya, Apa yang kau perintahkan jika aku mengalami hal itu? Rasulullah saw. menjawab, Kamu harus berpegang teguh pada jamaah Muslimin dan imamnya. (Al-Bukhari dan Muslim)
Dari penjelasan Rasulullah saw. ini tergambar bahwa salah satu ujian kaum mukmin akan wujud munculnya orang-orang yang menamakan dirinya Muslim namun jauh dari petunjuk Rasulullah saw. Bahkan mereka dikabarkan aktif menyeru manusia menuju jahanam.
Untuk menghadapai ujian berat seperti itu maka Rasulullah saw. pun menasihati umatnya agar berpegang teguh pada jamaah Muslimin dan imamnya. Sungguh ini merupakan resepi bagi orang-orang yang ingin mempertahankan aqidah dan menjaga identiti keislamannya. Kerana komitmen pada jamaah memberi banyak manfaat, antara lain:
1. Jamaah meningkatkan ibadah
Pernahkah Anda merasa lebih giat melaksanakan ibadah sholat sunnah misalnya- saat bersama-sama? Pernahkah Anda merasa bermalas-malasan beribadah saat melakukannya sendirian? Kalau ya, jangan hairan. Semangat menjalankan ibadah saat bersama-sama memang merupakan salah satu hikmah kebersamaan dalam jamaah. Jamaah dan hidup berjamaah mendorong kita meningkatkan ibadah dan lebih memperkuat kesabaran dalam perjuangan. Lihat betapa banyaknya ayat Quran yang menyuruh kita melakukan ibadah, berpegang teguh pada ajaran Islam, sekaligus melakukan perjuangan dalam kumpulan jamaah dan atas dasar kebersamaan. Perhatikan ayat-ayat berikut: Dan berpegang teguhlah pada tali Allah secara bersama-sama dan janganlah kalian bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian tatkala kalian bermusuhan lalu Dia mempersatukan hati kalian hingga jadilah kalian dengan nikmat-Nya itu sudara. Dan dulu kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Dia menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran 103)
2. Jamaah menyelamatkan dari keburukan
Rasulullah saw. atas dasar informasi dari Allah- memahami betul kondisi umatnya, termasuk beberapa hal yang akan terjadi kelak sepeninggal dirinya. Salah satunya adalah informasi bahwa perjalanan hidup umat Islam akan diisi pula dengan berbagai kejadian buruk yang mampu mengancam aqidah. Namun, tak hanya menyebutkan beratnya ujian, Rasul pun memberi jalan keluar bagi umat dengan berpegang teguh pada jamaatul-muslimin, sebagaimana ditegaskan pada hadits yang sudah dikemukakan di awal tulisan.
3. Jamaah membentengi diri dari syaitan
Saat seseorang menyendiri dan jauh dari jamaah peluang syaitan untuk menggoda sangatlah besar. Menyendiri di sini bukanlah selalu bermakna jauh dari keramaian. Orang yang berada dalam keramaian akan tetapi melakukan penyendirian dalam pemikiran atau perjuangan, termasuk yang sangat mudah untuk menjadi mangsa syaitan. Lebih-lebih bila dia merasa menyendiri dalam keunggulan yang muncul adalah bangga diri dan selalu benar. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya syaitan adalah srigala bagi manusia bagaikan serigala bagi kambing. Ia memangsa kambing yang menjauh dan menyendiri. Maka jauhilah perpecahan dan berpegang teguhlah dengan jamaah, kumpulan kaum Muslimin, dan masjid. (HR. Ahmad)
4. Jamaah syarat eksistensi Islam
Jamaah juga merupakan tonggak tegaknya Islam. Islam bukanlah agama individual. Kerana itulah maka Umar Bin Khattab mengatakan: Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa kataatan. (Umar Bin Khattab)
5. Jamaah menjana kemenangan
Kewajiban berjamaah dinyatakan Allah swt. saat memerintahkan umat Islam berjuang menegakkan agama-Nya dengan berbaris bagaikan bangunan yang kukuh. Allah swt. Juga mengingatkan agar kita menjauhi pertikaian dalam perjuangan sebab pertikaian akan menyebabkan kelemahan. Pertikaian sungguh jauh dari sifat-sifat jamaah yang dicontohkan Rasulullah saw.
Lihat ayat berikut: Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu pasukan (musuh) maka pererteguhkanlah hati kamu dan perbanyaklah menyebut Allah agar kamu memperolihi kemenangan. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian bertikai sebab kalian akan gagal dan hilang kekutan kalian, dan sabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (Al-Anfal 45-46)
Rasulullah saw. Juga bersabada:
Sesungguhnya tangan Allah bersama jamaah dan sesungguhnya syaitan mengejar orang yang meninggalkan jamaah. (Ibnu Hibban)
6. Jamaah mengimbangi sistem kufur
Bagaimana mungkin umat Islam tak mau berjamaah sementara orang-orang kafir berjuang menghancurkan Islam dengan sistematis dan perencanaan yang jelas. Ini diisyaratkan Allah swt. dalam ayat: Telah membuat makar orang-orang sebelum mereka lalu Allah menghancurkan bangunan mereka dari asasnya lalu hancurlah atap (bangunan) itu lalu menimpa mereka dari atas, dan datang kepada mereka azab dalam keadaan mereka tidak menyedari.
Untuk menghadapinya, Allah swt. memerintahkan: Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu mampu berupa kuda-kuda yang ditambatkan yang dengannya kamu menggerunkan musuh Allah dan musuh kamu dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, Allahlah Yang mengetahuinya. Dan apa saja yang kalian infakkan di jalan Allah akan ditunaikan (balasannya) untuk kamu dan kamu tidak akan dizalimi. (Al-Anfal 60)
7. Jamaah menuju ke syurga
Dan lebih dari semua itu, jamaah menuju kita ke syurga. Umar bin Khattab memahami hal itu seraya mengatakan, Siapa yang ingin memperoleh pertengahan syurga maka hendaknya ia berpegang teguh kepada jamaah. Jadi, mengapa ragu untuk selalu berkomitmen pada Jamaah?.
Date: 29 Oktober 2007
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 ulasan:
Catat Ulasan